Beranda | Artikel
Bab Bergantian dalam Menuntut Ilmu
Sabtu, 15 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Maududi Abdullah

Bab Bergantian dalam Menuntut Ilmu (بَابُ التَّنَاوُبِ فِي العِلْمِ), ini merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. dalam pembahasan Kitabul ‘Ilmi dari kitab Shahih Bukhari. Kajian ini disampaikan pada 30 Jumadal Awwal 1439 H / 06 Februari 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Shahih Bukhari

Status program kajian Kitab Shahih Bukhari: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa pekan ke-1 dan ke-3, pukul 10:00 - 11:30 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Bab Melakukan Safar dalam Sebuah Perkara Yang Tiba-Tiba Datang

Ceramah Agama Islam Tentang Bab Bergantian dalam Menuntut Ilmu – Kajian Shahih Bukhari

Berkata Imam Bukhari:

حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، ح قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ : وَقَالَ ابْنُ وَهْبٍ ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي ثَوْرٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ ، عَنْ عُمَرَ ، قَالَ : كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ وَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَنْزِلُ يَوْمًا وَأَنْزِلُ يَوْمًا ، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ ذَلِكَ اليَوْمِ مِنَ الوَحْيِ وَغَيْرِهِ ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ ، فَنَزَلَ صَاحِبِي الأَنْصَارِيُّ يَوْمَ نَوْبَتِهِ ، فَضَرَبَ بَابِي ضَرْبًا شَدِيدًا ، فَقَالَ : أَثَمَّ هُوَ ؟ فَفَزِعْتُ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِ ، فَقَالَ : قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ عَظِيمٌ . قَالَ : فَدَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ فَإِذَا هِيَ تَبْكِي ، فَقُلْتُ : طَلَّقَكُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَتْ : لاَ أَدْرِي ، ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ وَأَنَا قَائِمٌ : أَطَلَّقْتَ نِسَاءَكَ ؟ قَالَ : لاَ فَقُلْتُ : اللَّهُ أَكْبَرُ

“Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri. Menurut jalur yang lainnya; Abu Abdullah berkata; dan berkata Ibnu Wahb; telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari ‘Ubaidullah bin Abdullah bin Abu Tsaur dari Abdullah bin ‘Abbas dari Umar berkata: Aku dan tetanggaku dari Anshar berada di desa Banu Umayyah bin Zaid dia termasuk orang kepercayaan di Madinah. Kami saling bergantian menimba ilmu dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sehari aku yang menemui Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hari lain dia yang menemui Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika giliranku tiba aku menanyakan seputar wahyu yang turun hari itu dan perkara lainnya. Dan jika giliran tetanggaku tiba ia pun melakukan hal yang sama. Ketika hari giliran tetanggaku tiba dia datang kepadaku dengan mengetuk pintuku dengan sangat keras seraya berkata: ‘Apakah dia ada disana?’ Maka aku kaget dan keluar menemuinya. Dia berkata: ‘Telah terjadi persoalan yang gawat!’. Umar berkata: ‘Aku pergi menemui Hafshah dan ternyata dia sedang menangis aku bertanya kepadanya: ‘Apakah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menceraikanmu?’ Hafshah menjawab: ‘Aku tidak tahu’. Maka aku menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berdiri aku tanyakan: ‘Apakah engkau menceraikan istri-istri engkau?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak’. Maka aku ucapkan: ‘Allah Maha Besar’.”

Bab yang kita pelajari ini adalah bab berganti-gantian atau piket (shift-shiftan) dalam menuntut ilmu. Maksudnya di sini adalah dua orang yang tidak ingin ketinggalan terus. Maka mereka saling bergantian. Hari ini yang datang si A untuk menuntut ilmu, si B mencari nafkah. Besok si B yang datang menuntut ilmu, sedangkan si A mencari nafkah. Ini maksud dari التَّنَاوُبِ فِي العِلْمِ. Saling bergantian, saling piket didalam menuntut ilmu.

Umar radhyiallahu ‘anhu mengatakan bahwa mereka bergantian mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetangganya yang pergi satu hari dan besoknya Umar yang pergi satu hari.

Ini adalah apa yang dilakukan oleh Umar bin Khattab radhyiallahu ‘anhu bersama tetangganya orang Anshar bernama Itban ibnu Malik. Dan ini menunjukkan bagaimana mulianya ilmu dan bagaimana para sahabat Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar memuliakan ilmu. Terlihat bagaimana ketamakan mereka terhadap ilmu. Terlihat bagaimana mereka benar-benar mengorbankan banyak hal dalam dunia mereka untuk menimba ilmu agama dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Manusia memiliki kewajiban. Pertama kewajibannya kepada Allah. Dan didalam kewajiban kepada Allah itu dituntut untuk menimba ilmu agar kewajiban-kewajiban kita kepada Allah tabaraka wa ta’ala bisa kita laksanakan dengan baik dan benar. Lalu kita bisa menyampaikan agama Allah kepada yang lainnya. Sehingga kita bisa membenahi kesalahan-kesalahan kita dan dengan ilmu kita bisa membenahi dengan izin Allah kesalahan-kesalahan yang ada pada saudara kita, tetangga kita, sahabat kita, teman kita dan yang lainnya. Ini satu kewajiban. Kewajiban yang lainnya adalah kewajiban antara makhluk dengan makhluk lainnya. Kewajiban seorang ayah terhadap istrinya dan anak-anaknya, terhadap keluarganya harus mencari nafkah, para sahabat tidak ingin hidup mereka semuanya untuk mencari nafkah. Mereka ingin ilmu. Akan tetapi kalau duduk terus di majelis ilmu, kapan mencari nafkah? Sementara ada kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan juga. Sebagai seorang suami untuk menafkahi istri, sebagai orang tua untuk menafkahi dan sebagai seorang anak untuk orang tua kalau orang tua kita masih hidup.

Sehingga bertemu dua kewajiban. Umar dan tetangganya tidak mau menyepelekan dua kewajiban ini. Kewajiban menimba ilmu dan kewajiban mencari nafkah. Akhirnya mereka berdua membuat kesepakatan. Tetangganya itu yang pergi menuntut ilmu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan Umar mencari nafkah. Satu hari itu Umar tidak bisa datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menimba ilmu agama. Namun, ketika malam tetangganya menceritakan kepada Umar seluruh yang dia tahu, kejadian-kejadian yang terjadi bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah ada wahyu baru yang turun? Apakah ada kejadian-kejadian? Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan kata-kata pengajaran, ilmu? Apa yang didapatkan oleh tetangga Umar bin Khattab pada hari itu disampaikan kepada Umar. Ini adalah cara untuk membuat ilmu semakin kokoh dalam hafalan kita. Yaitu  ketika kita mendapatkan ilmu, sampaikan kepada orang lain.

Ketika kita mendapatkan ilmu, jangan berhenti dikita. Zakatnya ilmu adalah dengan mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Dan semakin rajin kita mengajarkannya kepada orang lain, ilmu itu kan semakin lengket dan ilmu itu akan semakin kokoh. Karena diawal kita tahu belum tentu kokoh, belum tentu kuat, belum tentu permanen sampai kita benar-benar mengajarkannya, mengajarkannya, mengajarkannya dan mengajarkannya. Sehingga terjadi pengulangan ilmu, pematangan ilmu dan semacamnya.

Maka kata Umar bin Khattab, giliran tetangga saya belajar ilmu agama, nanti ketika malamnya dia sampaikan kepada saya seluruh ilmu yang dia ketahui, yang terjadi pada hari itu bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian sebaliknya, kalau hari dimana apabila Umar bin Khattab radiyallahu ta’ala ‘anhu yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menuntut ilmu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari itu, Umar pun melakukan hal yang sama kepada tetangganya. Umar memberitahu tetangganya tentang apa yang terjadi, apa wahyu yang turun, apa kata kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa yang mengadu kepada Nabi ketika itu? Bagaimana Rasulullah menanggapi aduannya dan seterusnya. Ini menunjukkan kemuliaan ilmu

Bagaimana para sahabat mengorbankan hari demi hari mereka yang bisa mereka gunakan untuk meraup keuntungan dunia dengan berbisnis, berniaga, bercocok tanam, menggembalakan hewan-hewan gembalaan, akan tetapi mereka tinggalkan sebahagian waktu mereka demi ilmu. Yang seharusnya 30 hari dalam sebulan bisa setiap hari digunakan untuk mencari nafkah, bisa setiap hari digunakan untuk mengais rezeki dan malamnya bisa menuntut ilmu. Tapi Umar dan tetangganya tidak mau.

Mereka ingin benar-benar duduk di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendengarkan ilmu-ilmu yang diturunkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat. Sehingga mereka kompak, Umar radhiyallahu ‘anhu bersama tetangganya untuk bergantian. Hari ini Umar yang pergi belajar, tetangganya pergi mencari nafkah.

Disebutkan dalam riwayat lain kata para ahli ilmu, tetangganya pergi membawa hewan gembalan-gembalan milik Umar supaya hewan-hewan gembalaannya bisa merumput dan mengais rezeki yang ada di sekitar kota Madinah. Besoknya tetangganya yang perg dan giliran Umar radhyiallahu ‘anhu yang mengurus hewan tetangganya itu. Ini menunjukkan ketampakan para sahabat yang luar biasa terhadap ilmu agama Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ini menunjukkan bagaimana mereka benar-benar merasa pentingnya seesorang tahu agama Allah. Karena untuk yang mahal, juga harus mengorbankan yang mahal pula. Tidak mungkin kita mau membeli dengan harga yang murah sementara kita ingin barang yang mahal. Tidak mungkin. Ini yang disadari oleh para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ilmu adalah sesuatu yang sangat teramat penting. Sehingga mengorbankan satu hari mencari nafkahnya, satu hari meraih rezekinya untuk ilmu. Sehingga duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lihatlah bagaimana tamaknya para sahabat. Hari yang dimana beliau tidak bisa hadir, beliau dengarkan dari tetangganya. Apa gerangan yang terjadi? Apa gerangan wahyu yang turun? Apa gerangan kondisi, kisah yang terjadi seharian itu bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam? Karena apa yang dikatakan Rasul adalah syariat. Apa yang diajarkan Rasul adalah agama. Apa yang disampaikan Rasul kepada kita, itulah agama Allah. Inilah yang ingin diketahui oleh Umar. Dan dia tidak ingin terlepas dari informasi tentang adanya wahyu yang turun, tentang adanya hukum yang turun, maka beliau mengorbankan sebagian yang mahal dari hidupnya.

Sehingga hari ini bisa menuntut ilmu dengan cara langsung, besok menuntut ilmu dengan perantara, besoknya lagi langsung datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, besoknya melalui perantara. Ini menunjukkan semangat menuntut ilmu yang luar biasa. Sehingga waktu yang berharga, yang banyak digunakan manusia untuk mencari nafkah, mencari keuntungan duniawi, mencari rezeki, mereka bisa korbankan waktu itu untuk menimba ilmu agama Allah subhanahu wa ta’ala.

Simak pada menit ke – 23:51

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Bab Bergantian dalam Menuntut Ilmu – Kajian Shahih Bukhari


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45465-bab-bergantian-dalam-menuntut-ilmu/